SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN
MENTAL
Kesehatan
mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang
mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman
sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan
mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea
Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari
Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental
dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki
kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke
Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar
pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Kesehatan
mental yang wajar adalah yang sanggup menikmati hidup ini, rela kepadanya,
menerimanya dan sanggup membentuknya sesuai dengan kehendaknya.
Pemahaman terhadap kesehatan mental yang wajar memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, seperti yang telah dijelaskan oleh para psikolog, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.
Pemahaman terhadap kesehatan mental yang wajar memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, seperti yang telah dijelaskan oleh para psikolog, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.
Beberapa
zaman Kesehatan Mental di dunia
Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami
gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll.
Zaman peradaban awal
1.
Phytagoras
(orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
2.
Hypocrates
(Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
3.
Plato
(gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi
dari dewa dewa)
Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di beberapa negara
Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal
anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental
telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme
bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani
kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya
dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka
mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa
gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak
pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan,
Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan
mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang
melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe
Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk
memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit
Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan
tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan
mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit.
Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan
kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan
cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi
abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush
(1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah
sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau
sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan
cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam
ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang
sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental
tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush
mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk
mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental
Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene
ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena
jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene
Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang
pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental
hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika
presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act.,
yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan
mental seluruh warga masyarakat.
Pada tahun 1950, organisasi mental
hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association
for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga
pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan
mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World
Federation forMental Health dan The World Health Organization.
KESEHATAN MENTAL DALAM
SEJARAH KEILMUAN ISLAM
1.
Peradaban dan Perkembangan Keilmuan Islam
Setelah wafatnya
Rasullullah SAW, pada hari senin 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M, Islam
dengan cepat menyebar ke berbagai penduduk bumi. Hampir 100 tahun setelah
Rasulullah meninggal, Islam telah tersebar dari anak Benua India, keseluruhan
Jazirah Arab, dan sebagian Asia Selatan serta Eropa Timur. Pada Era ini,
perkembangan segi keilmuan Islam, maupun disiplin ilmu-ilmu yang lain
berkembang dengan pesat secara bersamaan. Hampir di dalam berbagai bidang
keilmuan yang sekarang ada mulai dari fisika, kimia, matematika, astronomi,
geografi,seni, sastra, kesehatan dan sebagainya, Islam memiliki tokoh-tokoh
yang handal dalam bidangnya masing-masing. Salah satu ilmu yang menjadi kajian
pokok pada masa itu ialah ilmu tentang jiwa5 (ilmu mental). Jiwa sebagai kajian
pokok ilmu kesehatan mental dirasa amatlah penting keberadaannya karena semua
perbuatan, sifat, serta tingkah laku merupakan refleksi keberadaan jiwa itu
sendiri.
2. Tokoh Islam dalam
Bidang Kesehatan Mental
Di dalam bidang
kedokteran, maupun kesehatan mental sebagai salah satu disiplin ilmu yang menyertainya
dan tidak dapat dipisahkan. Dunia Islam pada masa lampau maupun sekarang banyak
menghasilkan tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang ini, antara lain seperti Ibnu
Sinna, Ibnu Thufayl, Ibnu Nafis, al-Ghaffiki, Bahjat Mustafa Efendi, Daud
al-Antaki, dan sebagainya. Para tokoh tersebut merupakan tokoh yang terkemuka
di dalam dunia kedokteran serta kesehatan mental. Akan tetapi, kajian tentang
kesehatan mental telah jauh ada dan dicetuskan oleh seorang tokoh Islam bernama
Zakariyya ar-Razi6 (251 Hsebelum datangnya era Ibnu Sinna sampai sekarang).
Era ar-Razi merupakan era pengkodifikasian ilmu-ilmu medis, baik dari al-Qur’an
dan al-Hadits maupun pengetahuan Timur dan Barat seperti India, Persia dan
Yunani terus dilakukan dan dikembangkan dikota-kota besar Islam. Selain beliau
orang pertama yang menemukan air raksa (Hg), sebelum Alexei Mikhailovitsy
(1629-1676 M), beliau juga orang pertama yang menyatakan bahwa kondisi jasmani
dari seseorang banyak terpengaruhi oleh kestabilan jiwa yang dimiliki orang
tersebut. Kesetabilan jiwa yang dimiliki seseorang ditentukan oleh determinan
lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mempercepat proses penyembuhan seseorang
pasien, maka haruslah dilakukan upaya-upaya dalam bentuk terapi fisik (seperti
dengan pengenalan aroma terapi dan relaksasi), terapi non fisik (kaitannya
dengan agama), serta pemilihan lingkungan yang tepat guna mendukung terjadinya
proses penyembuhan. Pada perkembangan selanjutnya, pemikiran ar-Razi tentang
kesehatan jasmani yang berakar pada kesehatan mental atau jiwa juga
dikembangkan oleh tokoh-tokoh besar setelahnya seperti Ibn Sina, Ibn Thufayl
dan al-Ghaffiki. Pada masa hidupnya, ar-Razi juga telah menghasilakan beberapa
karyanya, yaitu seperti Ath-Thib al-Mansuri, the Comprehenssive Book,
al-Kimya, al-Hawidan Qanun Fiqh Thibb.
KONSEP SEHAT BERDASARKAN DIMENSI
Sehat
(health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan
dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa
orang yang “gemuk” adalah otrang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor
subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang
terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Adapun Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas daripenyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Adapun Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas daripenyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Pengertian
sehat menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) adalah suatu kedaan kondisi
fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Menurut
Undang Undang Kesehatan N0. 23 tahun 1992 tentang kesehatan : Sehat atau
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani)
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Ada 3 komponen penting dalam definisi sehat
yaitu sehat jasmani, sehat mental (pikiran, emosional dan spiritual) dan sehat
sosial. Sehat sosial mencakup status sosial, kesejahteraan ekonomi dan saling
toleransi dan menghargai.
Sehat dapat dikatakan, sutatu kondisi normal (baik) secara
fisik , emosi (EQ), intelektual (IQ), spritual (SQ) dan sosial. Berikut
pemahamannya:
1. Fisik
Diakatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat
normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun
2. Emosi
Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan
dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau
senang) secara tidak berlebihan.
3. Intelektual
Dikatakan sehat secara intelektual yaitu jika
seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas.
Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan
4. Spiritual
Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka
yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka Secara rohani
dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal
yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional
5. Sosial
Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa
berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama
CONTOH KASUS
Saya akan
mengambil kasus seorang comedian Olga Syahputra. Ia seorang manusia yang
memulai karirnya dari titik nol dimana ia berjuang untuk mendapatkan
keberhasilan menjadi entertainment. Ia juga seorang yang sensitive dan mudah
menangis jika menceritakan kisah jaman dulu ia masih menjadi seorang yang bukan
siapa-siapa. Namun setelah kegigihannya untuk menuju sukses tidak sia-sia , dia
telah berubah menjadi seseorang yang terkenal sampai saat ini . lawakan nya lah
yang membawa ia sampai saat ini bisa menjadi artis comedian terlaris dan
termahal dan ia mampu membuat siapa saja yang menonton tertawa melihat aksi di
panggung. Olga adalah sosok yang cerdas , sebagai seorang artis ia tidak tahu
sampai kapan akan laris di dunia entertainment , maka dari itu ia memilih
bisnis baju dan restaurant untuk hari-harinya nanti jika tidak laku lagi di
dunia hiburan. Namun begitu walau dia sudah menjadi orang terkenal dan kaya tak
pernah lupa pada ALLAH SWT yang telah membuatnya terkenal dengan terus menjalankan
sholat 5 waktunya, serta selalu membagi hasil jerih payahnya untuk anak yatim
dan orang yang membutuhkan. Sosok nya pun terkenal gampang bergaul, banyak
sekali temannya di dunia artis maupun di luar artis, karena keceriannya dan
kekocakannya ia banyak mempunyai teman .
ANALISI KASUS
Dalam kasus Olga dapat saya sangkutkan dengan dimensi sehat,
yaitu fisik , dimana kita ketahui ia sosok yang lincah dan aktif saat di
panggung untuk menghibur orang-orang. Emosi
, sebagai seorang artis dan pelawak ia juga seorang yang sensitive jika
di singguh keluarga dan masa lalunya pasti akan menangis menceritakannya , ia
juga mampu mengatur emosi terlihat jika sedang memerankan suatu tokoh yang
dimainkan. Intelektual olga jika di liat dari contoh kasus diatas sudah
terlihat. Intelektual bukan hanya kepintaran otak saja, tapi bagaimana dia bisa
mengatur atau mengolah ekonominya dan memikirkan ke masa depannya untuk membuat
usaha baju dan restaurantnya , serta menurut saya sebagai seorang comedian ia
mampu memutar otak untuk selalu membuat orang tertawa dan tidak monoton dalam
lawakannya. Spiritualnya terlihat sesibuk apapun dia selalu menyempatkan
sholatnya untuk membuat hatinya tenang serta berdoa pada yang Maha Kuasa. Dan
terakhir ialah Sosial. Banyak teman merupakan salah satu tercapainya dimensi
sosialnya , dimana ia dapat berinteraksi dengan baik pada temannya maupun
fansnya, bahkan bukan hanya interaksi sosialnya tapi jiwa social olga yang
sangat baik dalam membantu orang-orang yang tidak mampu.
REFERENSI
Syamsu Yusuf.2009. Mental
Hygiene. Bandung : Maestro
Aditiyawarman, Indra. Sejarah
Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental. Vol.4 No.1. 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar