It's no secret that the best thing about a secret is secretly telling someone your secret, thereby adding another secret to their secret collection of secrets, secretly.

Senin, 30 Maret 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL Dan KONSEP SEHAT BERDASARKAN DIMENSI

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.

 Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Kesehatan mental yang wajar adalah yang sanggup menikmati hidup ini, rela kepadanya, menerimanya dan sanggup membentuknya sesuai dengan kehendaknya.
Pemahaman terhadap kesehatan mental yang wajar memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, seperti yang telah dijelaskan oleh para psikolog, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.

Beberapa zaman Kesehatan Mental di dunia
Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll.
Zaman peradaban awal
1.                Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental) 
2.                Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental) 
3.                Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)
Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul. Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Pada tahun 1950, organisasi mental hygiene terus bertambah, yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The World Health Organization.

KESEHATAN MENTAL DALAM SEJARAH KEILMUAN ISLAM
1. Peradaban dan Perkembangan Keilmuan Islam
Setelah wafatnya Rasullullah SAW, pada hari senin 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M, Islam dengan cepat menyebar ke berbagai penduduk bumi. Hampir 100 tahun setelah Rasulullah meninggal, Islam telah tersebar dari anak Benua India, keseluruhan Jazirah Arab, dan sebagian Asia Selatan serta Eropa Timur. Pada Era ini, perkembangan segi keilmuan Islam, maupun disiplin ilmu-ilmu yang lain berkembang dengan pesat secara bersamaan. Hampir di dalam berbagai bidang keilmuan yang sekarang ada mulai dari fisika, kimia, matematika, astronomi, geografi,seni, sastra, kesehatan dan sebagainya, Islam memiliki tokoh-tokoh yang handal dalam bidangnya masing-masing. Salah satu ilmu yang menjadi kajian pokok pada masa itu ialah ilmu tentang jiwa5 (ilmu mental). Jiwa sebagai kajian pokok ilmu kesehatan mental dirasa amatlah penting keberadaannya karena semua perbuatan, sifat, serta tingkah laku merupakan refleksi keberadaan jiwa itu sendiri.

2. Tokoh Islam dalam Bidang Kesehatan Mental
Di dalam bidang kedokteran, maupun kesehatan mental sebagai salah satu disiplin ilmu yang menyertainya dan tidak dapat dipisahkan. Dunia Islam pada masa lampau maupun sekarang banyak menghasilkan tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang ini, antara lain seperti Ibnu Sinna, Ibnu Thufayl, Ibnu Nafis, al-Ghaffiki, Bahjat Mustafa Efendi, Daud al-Antaki, dan sebagainya. Para tokoh tersebut merupakan tokoh yang terkemuka di dalam dunia kedokteran serta kesehatan mental. Akan tetapi, kajian tentang kesehatan mental telah jauh ada dan dicetuskan oleh seorang tokoh Islam bernama Zakariyya ar-Razi6 (251 Hsebelum datangnya era Ibnu Sinna sampai sekarang). Era ar-Razi merupakan era pengkodifikasian ilmu-ilmu medis, baik dari al-Qur’an dan al-Hadits maupun pengetahuan Timur dan Barat seperti India, Persia dan Yunani terus dilakukan dan dikembangkan dikota-kota besar Islam. Selain beliau orang pertama yang menemukan air raksa (Hg), sebelum Alexei Mikhailovitsy (1629-1676 M), beliau juga orang pertama yang menyatakan bahwa kondisi jasmani dari seseorang banyak terpengaruhi oleh kestabilan jiwa yang dimiliki orang tersebut. Kesetabilan jiwa yang dimiliki seseorang ditentukan oleh determinan lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mempercepat proses penyembuhan seseorang pasien, maka haruslah dilakukan upaya-upaya dalam bentuk terapi fisik (seperti dengan pengenalan aroma terapi dan relaksasi), terapi non fisik (kaitannya dengan agama), serta pemilihan lingkungan yang tepat guna mendukung terjadinya proses penyembuhan. Pada perkembangan selanjutnya, pemikiran ar-Razi tentang kesehatan jasmani yang berakar pada kesehatan mental atau jiwa juga dikembangkan oleh tokoh-tokoh besar setelahnya seperti Ibn Sina, Ibn Thufayl dan al-Ghaffiki. Pada masa hidupnya, ar-Razi juga telah menghasilakan beberapa karyanya, yaitu seperti Ath-Thib al-Mansuri, the Comprehenssive Book, al-Kimya, al-Hawidan Qanun Fiqh Thibb.
 
KONSEP SEHAT BERDASARKAN DIMENSI

Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah otrang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Adapun Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas daripenyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Pengertian sehat menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) adalah suatu kedaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Menurut Undang Undang Kesehatan N0. 23 tahun 1992 tentang kesehatan : Sehat atau kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
 Ada 3 komponen penting dalam definisi sehat yaitu sehat jasmani, sehat mental (pikiran, emosional dan spiritual) dan sehat sosial. Sehat sosial mencakup status sosial, kesejahteraan ekonomi dan saling toleransi dan menghargai.
Sehat dapat dikatakan, sutatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ), intelektual (IQ), spritual (SQ) dan sosial. Berikut pemahamannya:
1.    Fisik
Diakatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun
2.    Emosi
Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan.
3.    Intelektual
Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan
4.    Spiritual
Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional
5.    Sosial
Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama
CONTOH KASUS
          Saya akan mengambil kasus seorang comedian Olga Syahputra. Ia seorang manusia yang memulai karirnya dari titik nol dimana ia berjuang untuk mendapatkan keberhasilan menjadi entertainment. Ia juga seorang yang sensitive dan mudah menangis jika menceritakan kisah jaman dulu ia masih menjadi seorang yang bukan siapa-siapa. Namun setelah kegigihannya untuk menuju sukses tidak sia-sia , dia telah berubah menjadi seseorang yang terkenal sampai saat ini . lawakan nya lah yang membawa ia sampai saat ini bisa menjadi artis comedian terlaris dan termahal dan ia mampu membuat siapa saja yang menonton tertawa melihat aksi di panggung. Olga adalah sosok yang cerdas , sebagai seorang artis ia tidak tahu sampai kapan akan laris di dunia entertainment , maka dari itu ia memilih bisnis baju dan restaurant untuk hari-harinya nanti jika tidak laku lagi di dunia hiburan. Namun begitu walau dia sudah menjadi orang terkenal dan kaya tak pernah lupa pada ALLAH SWT yang telah membuatnya terkenal dengan terus menjalankan sholat 5 waktunya, serta selalu membagi hasil jerih payahnya untuk anak yatim dan orang yang membutuhkan. Sosok nya pun terkenal gampang bergaul, banyak sekali temannya di dunia artis maupun di luar artis, karena keceriannya dan kekocakannya ia banyak mempunyai teman .
ANALISI KASUS
Dalam kasus Olga dapat saya sangkutkan dengan dimensi sehat, yaitu fisik , dimana kita ketahui ia sosok yang lincah dan aktif saat di panggung untuk menghibur orang-orang. Emosi  , sebagai seorang artis dan pelawak ia juga seorang yang sensitive jika di singguh keluarga dan masa lalunya pasti akan menangis menceritakannya , ia juga mampu mengatur emosi terlihat jika sedang memerankan suatu tokoh yang dimainkan. Intelektual olga jika di liat dari contoh kasus diatas sudah terlihat. Intelektual bukan hanya kepintaran otak saja, tapi bagaimana dia bisa mengatur atau mengolah ekonominya dan memikirkan ke masa depannya untuk membuat usaha baju dan restaurantnya , serta menurut saya sebagai seorang comedian ia mampu memutar otak untuk selalu membuat orang tertawa dan tidak monoton dalam lawakannya. Spiritualnya terlihat sesibuk apapun dia selalu menyempatkan sholatnya untuk membuat hatinya tenang serta berdoa pada yang Maha Kuasa. Dan terakhir ialah Sosial. Banyak teman merupakan salah satu tercapainya dimensi sosialnya , dimana ia dapat berinteraksi dengan baik pada temannya maupun fansnya, bahkan bukan hanya interaksi sosialnya tapi jiwa social olga yang sangat baik dalam membantu orang-orang yang tidak mampu.
REFERENSI
Syamsu Yusuf.2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro
Aditiyawarman, Indra. Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental. Vol.4 No.1. 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar