NPM : 13513662
a. Pengertian
Kearifan Lokal
Kearifan lokal dalam bahasa asing sering
dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan
setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious).
Kearifan lokal juga dapat dimaknai sebuah pemikiran tentang hidup. Pemikiran
tersebut dilandasi nalar jernih, budi yang baik, dan memuat hal-hal positif.
Kearifan lokal dapat diterjemahkan sebagai karya akal budi, perasaan mendalam,
tabiat, bentuk perangai, dan anjuran untuk kemuliaan manusia. Penguasaan atas
kearifan lokal akan mengusung jiwa mereka semakin berbudi luhur. Naritoom
merumuskan local wisdom dengan definisi (Wagiran, 2010):
Local
wisdom is the knowledge that discovered or acquiredby local people through the
accumulation of experiences in trials and integrated with the understanding of
surrounding nature and culture. Local wisdom is dynamic by function of created
local wisdom and connected to the global situation.
Definisi
kearifan lokal tersebut, paling tidak menyiratkan beberapa konsep, yaitu: (1)
kearifan lokal adalah sebuah pengalaman panjang, yang diendapkan sebagai
petunjuk perilaku seseorang; (2) kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan
pemiliknya; dan (3) kearifan lokal itu bersifat dinamis, lentur, terbuka, dan
senantiasa menyesuaikan dengan zamannya. Konsep demikian juga sekaligus
memberikan gambaran bahwa kearifan lokal selalu terkait dengan kehidupan
manusia dan lingkungannya. Kearifan lokal muncul sebagai penjaga atau penyaring
iklim global yang melanda kehidupan manusia. Kearifan adalah proses dan produk
budaya manusia, dimanfaatkan untuk mempertahankan hidup.
Kearifan
lokal adalah bagian dari budaya. Kearifan lokal Jawa tentu bagian dari budaya
Jawa, yang memiliki pandangan hidup tertentu. Berbagai hal tentang hidup
manusia, akan memancarkan ratusan dan bahkan ribuan kearifan lokal. Lebih
lanjut dikemukakan beberapa karakteristik dari local wisdom, adalah:
a.
Local wisdom appears to be simple, but often is elaborate, comprehensive,
diverse;
b.
it is adapted to local, cultural, and environmental conditions;
c.
It is dynamic and flexible;
d.
It is tuned toneeds of local people;
e.
It corresponds with quality and quantity of available resources; and
f.
It copes well with changes.
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat dipertegas bahwa kearifan local merupakan sebuah
budaya kontekstual. Kearifan selalu bersumber dari hidup manusia. Ketika hidup
itu berubah, kearifan lokal pun akan berubah pula.
b.
Ruang Lingkup
Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas dan
komprehensif. Cakupan kearifan lokal cukup banyak dan beragam sehingga sulit
dibatasi oleh ruang. Kearifan tradisional dan kearifan kini berbeda dengan
kearifan lokal. Kearifan lokal lebih menekankan pada tempat dan lokalitas dari
kearifan tersebut sehingga tidak harus merupakan sebuah kearifan yang telah
diwariskan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal bisa merupakan kearifan
yang belum lama muncul dalam suatu komunitas sebagai hasil dari interaksinya
dengan lingkungan alam dan interaksinya dengan masyarakat serta budaya lain.
Oleh karena itu,
kearifan
lokal tidak selalu bersifat tradisional karena dia dapat mencakup kearifan masa
kini dan karena itu pula lebih luas maknanya daripada kearifan
tradisional.Untuk membedakan kearifan lokal yang baru saja muncul dengan
kearifan local yang sudah lama dikenal komunitas tersebut, dapat digunakan
istilah: kearifan kini, kearifan baru, atau kearifan kontemporer. Kearifan
tradisional dapat disebut kearifan dulu atau kearifan lama. Dilihat dari
keasliannya, kearifan lokal bisa dalam bentuk aslinya maupun dalam bentuk reka
cipta ulang (institutional). Esensi kemajuan yang dicapai berbagai
bangsa tersebut menunjukkan bahwa pengembangan karakter suatu bangsa tidak
dapat dilepaskan dari aspek budaya yang selaras dengan karakteristik masyarakat
bangsa itu sendiri. Budaya yang digali dari kearifan lokal bukanlah penghambat
kemajuan dalam era global, namun justru menjadi penyaring budaya dan kekuatan
transformasional yang luar biasa dalam meraih kejayaan bangsa. Oleh karena itu,
menggali nilai-nilai kearifan lokal merupakan upaya strategis dalam membangun
karakter bangsa di era global. Kearifan lokal, dalam bahasa asing sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijaksanaan setempat (local wisdom) atau
pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local
genious). Ketiganya merujuk pada bentuk pandangan hidup, ilmu
pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh
masyarakat
setempat dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Konsepsi yang disebutkan terakhir adalah bahasan yang paling sering dijumpai
dan dikupas saat ini. Berdasarkan waktu pemunculan tersebut di atas, akan hadir
kearifan dalam
kategori
yang beragam. Dalam hal ini terdapat dua jenis kearifan lokal, yaitu: (1) kearifan
lokal klasik, lama, tradisional, dan; dan (2) kearifan lokal baru, masa kini, kontemporer.
Dari sisi filosofi dasarnya, kearifan dapat dikategorikan dalam dua aspek,
yaitu: (1) gagasan, pemikiran, akal budi yang bersifat abstrak; dan (2) kearifan
lokal yang berupa hal-hal konkret, dapat dilihat. Kearifan lokal kategori gagasan
mencakup: berbagai pengetahuan, pandangan, nilai serta praktik- praktik dari
sebuah komunitas baik yang diperoleh dari generasi sebelumnya dari komunitas
tersebut maupun yang didapat oleh komunitas tersebut di masa kini, yang tidak
berasal dari generasi sebelumnya, tetapi dari berbagai pengalaman di
masa
kini, termasuk juga dari kontaknya dengan masyarakat atau budaya lain. Kearifan
lokal kategori hal konkret biasanya berupa benda-benda artefak, yang
menghiasi
hidup manusia, dan bermakna simbolik.
c. Fungsi
dan Makna Kearifan Lokal
Dalam keragaman kearifan lokal Indonesia memiliki
beberapa fungsi dan makna kearifan lokal masing-masing yaitu:
a.
Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam;
b.
Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan
dengan
upacara daur hidup, konsep kanda pat rate;
c.
Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya
pada
upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada Pura Panji;
d.
Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan;
e.
Bermakna sosial, misalnya upacara integrasi komunal/kerabat;
f.
Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian;
g.
Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan
penyucian
roh leluhur;
h.
Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron
client.
Contoh
Kearifan Lokal
Masyarakat
Jawa sudah dikenal memiliki kepercayaan terhadap adanya suatu kekuatan magis
dan pemujaan terhadap ruh-ruh leluhur dalam kehidupan mereka yaitu animism dan
dinamisme. Maka dari itu yang saya akan jadikan sebagai contoh kearifan local daerah
jawa yaitu Bancakan atau slametan
seperti ketika sedang mempunyai hajat yaitu pernikahan, khitanan, syukuran
rumah, orang meninggal, aqiqah anak, dll. Bancakan atau yang dikenal slametan
biasanya diwujudkan dalam bentuk nasi tumpeng yang berbentuk kerucut, nasi
gurih atau nasi uduk dengan aneka lauk, atau yang dikenal juga dengan istilah
kembul bujana. Bancakan atau slametan biasanya kalau di jawa sebagai sesuatu
yang sudah terwujud keinginan yang diinginkan, yang berarti mensyukuri atas karunia
yang telah diterima orang tersebut. Bancakan atau slametan biasanya dianggap
sebagai sajen/sesaji terhadap suatu kekuatan lainnya selain Allah SWT. Padahal
dalam bancakan sendiri terdapat beberapa makna sebagai mensyukuri atas
nikmat/karunia dari Allah SWT, atas terwujudnya suatu hajat/keinginan sehingga
diwujudkan dalam bentuk shodaqoh ( sedekah ), dengan mengeluarkan sebagian
rezekinya untuk berbagi terhadap sesama.
Sumber :